Pages

I am a Gamer


Pernah tidak kalian merasa bahwa gamers dianggap sepele? Entah itu dari berita, entah dari pengalaman teman, bahkan dari pengalaman sendiri? Misalnya, orangtua kalian marah-marah karena kalian terlalu banyak main game dan keluar kata-kata 'buat apa main game terus, nggak guna!

Benar, di Indonesia pada umumnya, gamers dianggap sebagai kumpulan orang-orang malas yang tidak dapat diandalkan. Gamers dianggap hanya bisa bermain. Karena anggapan itulah, cap-cap negatif lainnya juga mengikuti. Yaaa bukan di Indonesia saja sih, tetapi saya ingin fokus membicarakan tentang keadaan gamers di Indonesia. Akibat cap-cap negatif tersebut, kebanyakan dari gamers memilih tidak memberitahukan ke orang yang baru dikenal bahwa dirinya adalah gamer.

Apa saja cap-cap negatif yang ada pada diri seorang gamer? Hal ini pastinya berasal dari komunitas non-gamers. Berikut ini saya tuliskan list-nya:
1. Cuma bisa bermain
2. Pemalas
3. Buang-buang waktu
4. Tidak menghasilkan uang
5. Rentan depresi
6. Rentan penyakit
7. Tidak bermanfaat
8. Tidak ingat waktu
9. Kuper alias kurang pergaulan

Benarkah semua itu? Mari kita lihat satu per satu:
1. Cuma bisa bermain
"Ngapain sih main game terus? Kan cuman bisa main, nggak kerja."
Kira-kira seperti itulah kata-kata yang pernah saya dengar. Bagi orang-orang non-gamers, gamers disebut sebagai 'tukang main game' betul atau betul? Padahal anggapan kita yang gamers sejati (caelah), benarkah kita 'cuma main doang'? Tidak. Masih banyak hal yang kita dapat dari bermain game. Apa? Cuma gamers yang tahu.

2. Pemalas
"Tiap hari cuma depan TV/ komputer, nggak ngapa-ngapain. Dasar pemalas!"
Begitulah umpatan yang sering diterima gamers, apalagi yang bermain dari pagi, siang, sore, malam, pagi lagi. Kenyataannya apakah gamers pemalas? Tentu saja tidak, mereka tidak melihat betapa gamers berjuang untuk menang, berjuang untuk mendapatkan equip yang diinginkan, atau berjuang mengejar semua achievement itu. Bila gamers memperlihatkan semangat yang sama di 'real life'-nya seperti semangat dalam bermain game, tidak akan ada lagi cap pemalas seperti ini. Ayo buktikan kita bukan pemalas!

3. Buang-buang waktu
Inilah kata kunci yang sering dipakai orang-orang non-gamers sebagai 'hujatan' bagi para gamers, buang-buang waktu.
"Buang-buang waktu aja main game kayak gitu, mendingan kamu ngerjain PR," kata orangtua yang anaknya sedang bermain game setelah pulang sekolah.
"Aku nggak main game. Itu buang waktu," kata seorang sepupu dari penulis.
Hebat banget ya, waktu dibuang-buang. Gimana sih cara buang waktu? Apakah kita menangkap waktu lalu kita buang ke tong sampah? Hehehehe. Bukan? Baiklah, bukan seperti itu memang. Buang-buang waktu artinya membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan hal yang berarti. Menurut penulis, buang-buang waktu itu lebih tepat dikatakan kalau kita MENUNDA melakukan sesuatu. Mau bikin PR, nanti aja abis main game, nah itu saya setuju buang-buang waktu. Mau pergi ke rumah pacar, nanti aja deh setelah DoTA satu kali, itu salah satu contoh lainnya. Tanpa unsur MENUNDA tersebut, saya pikir hal-hal yang kita lakukan bukan membuang-buang waktu termasuk main game.

4. Tidak menghasilkan uang
Main game dapat apa? Nggak dapat uang kan? Orang-orang non-gamers akan berpikir seperti itu. Kita sebagai seorang gamers di Indonesia sangat susah menggantungkan hidup alias berpenghasilan dari bermain game. Sayangnya memang seperti itulah kenyataannya. Kalau saja kita hidup di negara-negara seperti China, Korea, maupun Amerika, kita akan mendapat penghasilan yang layak sebagai profesional gamers. Mengapa? Karena di sana terdapat sponsor yang mendukung tim-tim gamers profesional. Di Indonesia? Mungkin ada tetapi sedikit dan tidak full support.
Mengenai tidak menghasilkan uang ini, gamers juga mendapat jawabannya dari mengikuti event yang diadakan oleh para publisher di Indonesia. Banyak yang menyediakan hadiah-hadiah menggiurkan bernilai jutaan rupiah dari memainkan game online.


Hanya saja, persyaratan yang dibutuhkan tidak mudah dan butuh waktu. Juga jangan mengharapkan penghasilan tetap karena events game online tidak selalu ada sepanjang waktu.

5. Rentan depresi
Terdapat banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa gamers lebih rentan depresi. Hal ini disebabkan gamers banyak yang kecanduan bermain game. Kecanduan ini mempengaruhi banyak hal lainnya. Karena kecanduan, gamers sering memperpanjang waktu bermain. Memperpanjang waktu bermain dapat berarti kurang tidur dan makan. Jadi, yang meningkatkan resiko rentan depresi itu kecanduan pada game, bukan game itu sendiri.

6. Rentan penyakit
Mirip seperti rentan depresi, gamers juga dianggap rentan penyakit. Sebagai seorang gamer, kita pasti pernah merasakan menunda makan karena masih asyik bermain game. Atau sudah ngantuk tetapi belum mau tidur karena main game. Hal yang terparah adalah kita tidak beranjak dari tempat duduk satu kali pun dari pagi sampai malam sampai pagi lagi. Kalau semua hal itu terjadi, tidak heran gamers (mungkin anda) akan rentan terkena penyakit.

7. Tidak bermanfaat
Tidak bermanfaat? Manfaat ini kebanyakan orang-orang non-gamers akan mengaitkannya lagi dengan tidak menghasilkan uang. Buat apa main game, nggak dapet apa-apa. Apa-apa di sini artinya MONEY. Jadi, para gamers yang mendapatkan uang dari bermain game boleh bangga. Tunjukkan pada dunia bahwa gamers di Indonesia juga bisa menghasilkan uang.
Tidak bermanfaat berkaitan dengan cuma bisa bermain dan membuang-buang waktu. Nah di sinilah gamers dapat menjelaskan bahwa manusia tidak melulu harus menghasilkan uang. Kita juga butuh hiburan. Apalagi di dunia game, kita bisa mendapatkan apa yang mungkin tidak bisa kita dapat di dunia nyata. Contohnya? Penghargaan. Di dunia game, kita dihargai orang lain kalau kita jago bermain atau mempunyai barang langka dalam game. Apa yang tidak kita dapat di dunia nyata, kita punya di dunia maya. Tetap, kita tidak boleh terlena kalau tidak mau mendapat dampak buruknya.
.
8. Tidak ingat waktu
Tidak ingat waktu berbeda dengan membuang-buang waktu. Tidak ingat waktu berarti tidak ingat makan, tidak ingat mandi, tidak ingat untuk tidur, tidak ingat untuk bermain di luar. Ingat, sebagai gamers yang baik, kita harus tetap ingat waktu. Alam memanggilmu untuk menjejakkan kaki di sana, menghirup udara segar, dan menikmati indahnya pemandangan. Ingatlah waktu, ingatlah, waktu tidak dapat diputar ulang.

9. Kuper alias kurang pergaulan
Gamers yang selalu berkutat dengan komputer atau game-game dengan console dianggap sebagai kumpulan orang-orang apatis. Gamers dianggap tidak peduli pada lingkungannya. Kurang bergaul dengan teman-teman sebaya, mengacuhkan saudara dan orangtua. Padahal, tidak semua gamers seperti itu. Malah, gamers mempunyai komunitas sesama gamers yang persaudaraannya sangat erat. Agar gamers tidak dicap kurang pergaulan, ada baiknya gamers tetap ikut saat ada kumpul-kumpul sesama teman atau keluarga. Dunia di luar dunia maya juga penting lho!


 Masih banyak cap-cap negatif lainnya mengenai gamers.

Mari kita gamers mematahkan cap-cap negatif tersebut dan bagi para pemberi cap, tolong dilihat lebih jauh lagi. Segala hal mempunyai dua sisi, termasuk game, ada sisi buruk dan pasti ada sisi baiknya juga.

No comments:

Post a Comment